GEBRAK SETIA: Membangun Masa Depan Tanpa Stigma, Bersama Lawan HIV/AIDS
Di balik deretan angka statistik kasus HIV/AIDS yang terus merangkak naik, ada wajah-wajah muda yang sering terabaikan. Mereka adalah remaja yang baru merangkai mimpi, namun di saat yang sama menghadapi ancaman kesehatan yang bisa mematahkan masa depan.
Bagi sebagian orang, HIV/AIDS mungkin hanya data dingin di laporan kesehatan. Namun, bagi mereka yang hidup di garis depan, data itu adalah cerita nyata tentang kehilangan, ketakutan, sekaligus perjuangan.
Di Jawa Tengah, secercah cahaya muncul dari seorang perempuan muda bernama Rizka Ayu Setyani. Alih-alih membiarkan angka-angka itu jadi beban, ia memilih menjadikannya panggilan untuk bertindak.
Dari ruang-ruang kelas, jalanan desa, hingga layar ponsel remaja, ia menyalakan obor kecil bernama GEBRAK SETIA (Gerakan Bersama Kader Satgas Remaja Tanggap HIV/AIDS), sebuah gerakan yang lahir dari empati, tumbuh dari kesadaran, dan kini menjelma menjadi harapan baru bagi generasi muda.
Dari Angka ke Aksi Nyata
Indonesia, termasuk Jawa Tengah, masih menghadapi prevalensi HIV/AIDS yang tinggi, terutama di kalangan usia produktif. Angka-angka itu mencerminkan satu kenyataan pahit: remaja berada dalam posisi rawan. Minimnya edukasi seksual yang komprehensif, stigma yang kuat, serta akses informasi yang terbatas membuat mereka kerap tak sadar bahwa mereka rentan.
Namun, bagi Rizka, data itu bukan sekadar laporan. Ia melihatnya sebagai panggilan nurani: “Bagaimana menyelamatkan anak-anak muda dari risiko yang bisa menghancurkan hidup mereka?”
Jawaban yang ia temukan sederhana tapi bermakna: edukasi yang dekat dengan remaja. Bukan dengan ceramah panjang yang membosankan, bukan dengan bahasa medis yang kaku, melainkan dengan pendekatan yang sesuai dunia mereka: digital, interaktif, ramah, dan tanpa menggurui.
GEBRAK SETIA: Gerakan yang Ramah Remaja
Lahir dari semangat itu, GEBRAK SETIA tumbuh menjadi gerakan yang menjembatani jurang antara remaja dan pengetahuan soal HIV/AIDS.
Di ranah digital, GEBRAK SETIA hadir melalui media sosial, webinar, hingga diskusi daring yang melibatkan influencer lokal. Dengan gaya bahasa yang santai, visual menarik, dan konten yang relevan, isu yang dulu dianggap tabu kini menjadi lebih dekat dan bisa diterima. Remaja tak lagi merasa takut atau malu, karena edukasi yang diberikan bukan menghakimi, melainkan mendampingi.
Tak berhenti di dunia maya, gerakan ini juga menghadirkan layanan konseling online dan skrining mandiri. Melalui platform seperti ekstrim.org, remaja dapat menilai risiko mereka sendiri dengan formulir sederhana. Semuanya dilakukan secara anonim, rahasia, dan penuh privasi. Jika ditemukan risiko tinggi, mereka tidak dibiarkan sendiri—melainkan diarahkan untuk melanjutkan tes HIV di fasilitas kesehatan terdekat.
Yang tak kalah penting, di balik layar berdiri kader satgas remaja. Mereka adalah agen perubahan yang dilatih khusus oleh Rizka dan tim. Kehadiran mereka bukan hanya untuk menyebarkan informasi, tetapi juga menjadi teman sebaya yang siap mendengar, menemani, dan menguatkan. Karena bagi remaja, didengar dan dipahami oleh orang seusia mereka seringkali lebih berarti daripada nasihat panjang dari orang dewasa.
Dari Gerakan ke Penghargaan
Apa yang dimulai sebagai inisiatif komunitas kecil kini berbuah besar. Ribuan remaja di Jawa Tengah sudah disentuh oleh GEBRAK SETIA. Hasilnya terasa nyata: semakin banyak yang berani melakukan tes HIV, semakin banyak yang terbuka membicarakan kesehatan seksual, dan yang paling penting, semakin sedikit stigma yang mengekang.
Dedikasi ini tak hanya menggema di lingkup lokal. Pada tahun 2023, Rizka dianugerahi Satu Indonesia Awards dari Astra untuk kategori kesehatan individu. Penghargaan itu menjadi pengakuan nasional atas kerja kerasnya membangun gerakan berbasis anak muda.
Namun, bagi Rizka, penghargaan hanyalah bonus. Yang terpenting adalah setiap nyawa yang terselamatkan, setiap remaja yang kembali berani bermimpi, dan setiap keluarga yang tak perlu kehilangan masa depan anaknya.
Tak berhenti di situ, perjuangannya juga berlanjut ke ranah akademik. Rizka memperkuat gerakannya lewat riset doktoral tentang “Pengembangan Model Edukasi dan Skrining Mandiri Berbasis Digital untuk Remaja” di Kota Yogyakarta. Dengan itu, ia membuktikan bahwa aktivisme lapangan dan riset ilmiah bisa berjalan beriringan, saling menguatkan.
Harapan yang Menyala
Kisah GEBRAK SETIA adalah bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Dengan konsistensi, empati, dan keberanian untuk menembus batas stigma, gerakan ini telah menjelma menjadi simbol harapan.
Di tangan Rizka, teknologi bukan lagi sekadar alat canggih, melainkan jembatan menuju kesadaran dan kehidupan yang lebih sehat. Setiap unggahan media sosial, setiap sesi webinar, setiap senyum hangat yang ia bagikan kepada remaja adalah bukti bahwa cinta dan kepedulian bisa jadi senjata ampuh melawan HIV/AIDS.
“Setiap remaja berhak mendapat kesempatan untuk tumbuh sehat, bermimpi, dan meraih masa depan mereka tanpa dihantui HIV/AIDS,” begitu pesan yang selalu ia tekankan. Pesan ini bukan sekadar kata-kata, melainkan komitmen yang diwujudkan dalam kerja nyata.
Hari ini, di setiap remaja yang mulai sadar akan pentingnya kesehatan seksual, di setiap keluarga yang merasa lebih tenang karena anaknya mendapat edukasi yang tepat, tersimpan bukti nyata: satu orang, dengan semangat dan cinta tulus, benar-benar bisa mengubah dunia.
HIV/AIDS bukan hanya persoalan medis, melainkan juga persoalan sosial, stigma, dan masa depan generasi. Apa yang dilakukan GEBRAK SETIA menunjukkan bahwa melawan HIV/AIDS bukan tugas tenaga kesehatan semata, tapi juga tanggung jawab kita semua, terutama anak muda.
Di Jawa Tengah, gerakan ini sudah membuktikan bahwa edukasi berbasis digital yang ramah remaja dapat memutus rantai stigma dan membuka ruang aman bagi mereka untuk belajar dan menjaga diri.
Membangun masa depan tanpa stigma bukan lagi sekadar cita-cita. Melalui langkah-langkah nyata seperti GEBRAK SETIA, masa depan itu sedang diperjuangkan, satu remaja, satu harapan, satu perubahan pada satu waktu.